ITB Miliki Lab Uji Doping Pertama di Indonesia
JAKARTA - Atlet Indonesia kini enggak bisa main-main
lagi dalam urusan kompetisi. Pasalnya, kecurangan atlet yang meminum zat
doping akan segera diketahui lewat uji pada laboratorium milik Institut
Teknologi Bandung (ITB) ini. Sebelumnya, sampel uji doping harus
dikirim ke Malaysia atau Thailand.
![]() |
Laboratorium Uji Doping ITB. (Foto: dok. IT |
Sementara itu, Walikota Bandung Dada Rosada mengungkap, prinsip olahraga bersih patut dicontoh dalam kehidupan umum. "Laboratorium uji doping tidak saja berfungsi sebagai instrumen penguji zat terlarang tetapi juga pengendali sikap atau kebiasaan tidak jujur pada atlet," kata Dada, seperti dilansir laman ITB, Kamis (21/2/2013).
Dalam peresmian laboratorium uji doping tersebut belum lama ini, Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga Roy Suryo memaparkan, pengetahuan tentang doping harus diiringi dengan perkembangan teknologi. "Pengujian doping menjadi suatu kebutuhan. Keberadaan laboratorium pengujian doping ini sangat penting supaya atlet-atlet Indonesia dapat terbebas dari doping dan tetap mengagungkan kejujuran serta sportivitas," tutur Roy
Laboratorium Uji Doping ITB didirikan atas arahan Kemenpora RI, Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI), dan World Anti Doping Agency (WADA). Dengan luas luas bangunan 3.876 m2, pembangunan laboratorium tersebut dimulai pada Agustus 2012 dan rampung pada Februari 2013. Menurut Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB Wawan Gunawan A Kadir, ITB dipilih menjadi pelaksana teknis pembangunan laboratorium tersebut karena memenuhi tiga syarat utama pendirian Laboratorium Uji Doping.
"ITB memiliki sumber daya manusia di bidang pengujian doping, terdapat jaminan pengembangan teknologi, dan adanya riset yang mendukung kepakaran," kata Wawan.
Fasilitas ini sejatinya adalah laboratorium kimia analitik dengan kegiatan utama melakukan pengujian sampel cairan biologis terkait kegiatan olah raga. Tetapi, pada praktiknya Laboratorium Uji Doping ITB tidak hanya akan mengeluarkan informasi penyalahgunaan doping oleh atlet, tetapi juga dapat digunakan untuk kegiatan analisis dengan tujuan medis atau diagnostik serta kegiatan forensik dengan persyaratan tertentu yang dikeluarkan oleh WADA. Selain itu, Laboratorium Uji Doping ini juga akan turut digunakan sebagai pusat edukasi dan pelatihan untuk berbagai pihak terkait kegiatan pengawasan doping.
Meski belum dapat dioperasikan, ditargetkan Laboratorium Uji Doping ITB mendapatkan akreditasi WADA tahun ini. Mereka menargetkan dapat menguji hingga 3.000 sampel per tahun yang berasal dari atlet berbagai event olahraga daerah, nasional, maupun internasional. Keberadaan laboratorium ini juga akan menghemat pengeluaran dana pemerintah dalam hal pengujian doping.